Amar ma’ruf (menyuruh kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran) di dalam agama Islam menempati kedudukan puncak dan kepentingan yang utama. Oleh karenanya Allah mengutus rasul-rasul, sejak rasul yang pertama yakni Nabiyyullah Adam as. sampai dengan yang terakhir yaitu Nabiyyul Mustafa Muhammad Rasulullah saw.
Andaikan amar ma’ruf dan nahi munkar dilalaikan dan dilengahkan, baik segi ilmiah maupun amaliyahnya, niscaya akan terjadi kesesatan dan akan merata kekacauan sehingga kesengsaraan menjadi-jadi, baik lahir maupun batin di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Pertengkaran dan permusuhan pun akan muncul dan menebar di mana-mana, bahkan negara pun akan hancur binasa.
Kita berlindung kepada Allah azza wa
jalla dari keadaan yang mengerikan seperti dikemukakan tersebut di atas. Di
samping itu, kita juga mohon perlindungan kepada Allah jangan sampai perintah
amar ma’ruf dan nahi munkar itu terabaikan atau bahkan terhapus dari permukaan
kehidupan ummat Islam pada khususnya, sebagai akibat dari hembusan glamouria
kehidupan di era informasi yang menglobal dewasa ini. Disadari dan diyakini
sepenuhnya bahwa tidak ada yang dapat dimintakan perlindungan dan pertlongan
selain dari pada Dzat yang Maha Esa Allah swt.
Perintah amar ma’ruf dan nahi munkar
telah ditegaskan dalam firman Allah swt.:
ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون
عن المنكر وأولئك هم االمفلحون (آل عمران: 104)
“Wajiblah di antara kamu suatu ummat
(golongan) yang mengajak kepada kebaikan dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan
melaran yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang berbahagia”.
Dari ayat di atas jelaslah bahwa
perintah Allah mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar adalah kewajiban yang tidak
boleh ditawar-tawar apalagi diabaikan. Kata “waltakun” di awal ayat itu yang
artinya “wajiblah ada” menunjukkan dengan jelas dan terang bahwa perintah
tersebut adalah suatu kewajiban yang harus benar-benar dilaksanakan., diusahakan,
serta dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Di akhir ayat itu pula dijelaskan
bahwa datangnya kebahagiaan, semata-mata tergantung kepada adanya amar ma’ruf
dan nahi mungkar; wa ulaaika hukum mflihuun/mereka itulah orang-orang yang
berbahagia.
Selain
dari ayat diatas, Allah juga berfirman:
لعن الذين كفروا من بنى إسرائيل
على لسان داود وعيسى ابن مريم ذلك بما عصوا وكانوا يعتدون . كانوا لا يتناهون عن
منكر فعلوه لبئس ماكانوا يعتدون . (المائدة: 78)
“Dilaknatlah orang-orang kafir dari
kaum Bani Israil melalui ucapan Daud dan Isa bin Maryam. Demikian itu
disebabkan mereka bermaksiat dan melanggar aturan secara melampaui batas.
Mereka tidak melakukan nahi munkar, bahkan yang munkar itu mereka lakukan.
Sungguh buruk perilaku yang mereka lakukan itu”.
Ayat itni menunjukkan ancaman yang
amat keras. Mereka dila’nat Allah karena meninggalkan nahi munkar, bahkan
justru dengan bangga mereka melakukan yang munkar itu. Ayat tersebut senada
dengan hadis yang diriwayatkan dari Abu Bakar Shiddiq ra, dari Nabi saw, yang
berbunyi :
ما من قوم عملوا بالمعاصى وفيهم
من يقدر أن ينكر عليهم ل\فلم يفعل إلا يوشك أن يعمهم الله بعذاب من عنده (رواه
الترمذى وأبو داود)
“Tidak suatu kaum pun yang sama
melakukan kemaksiatan sedang di kalangan mereka ada seorang yang kuasa
mengingkari perbuatan mereka itu tetapi tidak suka melaksanakannya, melainkan
Allah menyamaratakan siksa seperti mereka”.
Sesunguhnya masih banyak hadis yang menunjukkan betapa pentingnya amar
ma’ruf dan nahi munkar, dan menunjukkan bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar
itu wajib hukumnya. Dari ayat-ayat dan hadis itu saja dapat dipahami bahwa
melemahnya amar ma’ruf dan nahi munkar dan atau diabaikan sama sekali akan
berakibat makin maraknya kemaksiatan atau kemunkaran di berbagai kehidupan dan
di setiap lapisan masyarakat.
KEUTUHAN DAN KESATUAN UMMAT
Kata ummat mempunyai pengertian yang luas dan luwes. Penggunaan kata ummat yang
dipahami dari al-Qur’an memberi pengertian yang menggambarkan adanya
ikatan-ikatan tertentu yang menghimpun sesuatu, dalam hal ini seperti
penggunaan kata ummat manusia. Dalam lingkup yang lebih kecil dari itu
ialah kita, dengan ucapan ummat Islam dan sebagainya. Yang disebut terakhir
itulah sebagai bahan pembicaraan dalam uraian ini.
Sudah kita pahami bersama bahwa persatuan dan kesatuan adalah prasyarat
lahirnya kedamaian dan ketenteraman yang berujung kepada terciptanya
kesejahteraan lahir dan batin. Dengan kata lain mustahil kesejahteraan ummat
dapat terwujud apabila persatuan dan kesatuan itu hanya berupa slogan tanpa
pengamalan dengan menegakkan asas amar ma’ruf dan nahi munkar. Dalam hal ini
tentunya kita dituntut untuk mampu menciptakan suasana “tawashau bil haqq wa
tawashau bish shabri” (QS. al-Ashri: 3); saling menasehati dalam kebenaran
dan saling menasihati dalam kesabaran”. Untuk tercapainya persatuan dan
kesatuan ummat didasari atas dua dasar:
Dasar pertama: Adanya titik tujuan yang sama, yaitu Hablullah
(semata-mata mencari ridha Allah swt. dalam segala langkah dan perjuangan .
Allah berfirman:
واغبصموا بحبل الله جميعا ,ولا تفرقوا ...( أل عران: 103)
“Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai”.
Ayat tersebut diinterpretasikan Rasulullah saw. dengan sabdanya:
المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد
تعضهم بعضا (رواه البخارى)
“Orang mukmin dengan orang mukmin
yang lain bagaikan satu banguna, di mana masing-masing saling menguatkan satu
sama lain”.
Dasar kedua: harus didasari dengan derap langkah dan irama yang sama
dalam perjuangan tanpa ada satu suarapun yang sumbang. Inilah yang dimaksud
dengan kata “jamii’an” pada ayat di atas. Yaitu dengan tidak membedakan antara
individu yang satu dari individu yang lain, antara satu suku dengan suku yang
lain, dan antara satu golongan dengan golongan yang lain. Amar ma’ruf dan nahi
munkar mempunyai cakupan yang amat luas di dalam lingkup kehidupan
manusia. Ma’ruf adalah segala sesuatu yang diperintah oleh syara’ dan akal
sehat pun menganggapnya baik, sedangkan munkar adalah sebaliknya, yaitu segala
sesuatu yang dilarang dan akal sehatpun menganggapnya buruk. Dengan
demikian kiranya dapat difahami bahwa amar ma’fur dan nahi munkar di antara
fungsinya adalah menjadi pilar kesatuan dan kutuhan ummat.
Semoga Allah swt. memberikan
kemampuan kepada kita semua untuk melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar
secara baik dan benar sehingga persatuan dan kesatuan ummat Islam senantiasa
berjaga baik dan utuh .